Kamis, 06 Desember 2012

Ilmuwan China Penasaran dengan 'Bigfoot'

detail berita
Penampakan 'Bigfoot'
BEIJING - Sekelompok ilmuwan dan eksplorer China berencana untuk mencari kebenaran mengenai keberadaan mahluk yang dikenal dengan Bigfoot.

Keberadaan Bigfoot, atau dalam bahasa China lebih dikenal dengan nama Yeren atau 'mahluk liar' selama ini masih simpang siur. Mahluk yang berbentuk setengah manusia dan setengah kera ini cukup membuat heboh warga China dalam kurun beberapa tahun terakhir.

Dilansir melalui Yahoo News, Senin (11/10/2010), meski banyak orang yang tidak mempercayai keberadaannya namun sekira 400 orang mengaku pernah bertemu dengan Bigfoot. Pertemuan tersebut kebanyakan terjadi di daerah pedalaman, yaitu wilayah pegunungan di propinsi Hubei.

Sebelumnya sebuah ekspedisi juga pernah dilakukan pada tahun 1970 dan 1980. Dalam kedua ekspedisi tersebut ditemukan rambut, jejak kaki, kotoran, dan sarang tidur yang diduga milik Yeren. Sayangnya bukti-bukti tersebut pun masih diragukan.

Para saksi yang mengklaim pernah bertemua Yeren menjelaskan ciri-ciri mahluk tersebut memiliki postur tubuh setinggi dua meter, berjalan tegak layaknya manusia, namun lebih berbulu, dengan warna bulu abu-abu, merah dan hitam, di sekujur tubuhnya.

Ilmuwan dan eksplorer yanng tergabung dalam Hubei Wild Man Research Association pun mengaku membutuhkan banyak sukarelawan yang akan disebar menelusuri pegunungan di Hubei. Selain itu mereka juga membutuhkan dana sekurangnya USD1,50 juta.

Meksiko Gunakan Robot Jelajahi Terowongan Kuno

detail berita
Teotihuacan, the city of God
TEOTIHUACAN - Eksplorasi robotik pertama dari sebuah reruntuhan pra-Hispanik di Meksiko telah mengungkap sebuah terowongan yang berusia 2.000 tahun.

Terowongan yang terletak di bawah sebuah kuil di reruntuhan Teotihuacan itu memiliki atap pahatan berbentuk lengkungan yang cukup kokoh untuk dimasuki.

Para arkeolog mengirimkan kendaraan robotik tersebut untuk melihat apakah terowongan tersebut cukup aman bagi para ilmuwan untuk dimasuki. Robot selebar 30 cm tersebut bernama 'Tlaloque 1' yang diambil dari nama Dewa Hujan suku Aztec. Demikian seperti yang dikutip dari The Washington Post, Jumat (12/11/2010).

Gambar buram yang diambil oleh robot tersebut dipresentasikan oleh Mexico National Institute of Anthropology and History. Gambar tersebut menunjukkan ruang sempit terbuka yang ditinggalkan tertutup antara 200 dan 250 tahun sesudah masehi.

Arkeolog Sergio Gomez mengatakan bahwa footage tersebut menunjukkan bahwa atap dari terowongan tersebut adalah contoh karya dari warga suku Teotihuacan kuno, yang berlokasi di utara kota Mexico City.

"Terowongan dengan panjang 100 meter tersebut digali dengan baik sekali. Bahkan di beberapa tempat anda bahkan bisa melihat tanda dari alat-alat yang digunakan oleh suku Teotihuacan," kata Sergio Gomez.

Mulut gua tersebut ditemukan pada bulan Juli. Proses pengambilan gambar menunjukkan bahwa terowongan tersebut berada 12 meter di bawah permukaan tanah dan berada di bawah kuil Quetzacoati.

Instituto Nacional de Antropología e Historia (INAH), sebagai badan arkeologi di Meksiko mengatakan bahwa penelitian ini adalah eksplorasi robotik pertama yang dilakukan di Meksiko, dan mungkin juga pertama di Amerika.

Para ahli mengatakan bahwa penemuan ini cukup penting untuk mengetahui struktur sosial dari suku Teotihuacan yang selama ini masih menjadi misteri.

Nelayan Temukan Fosil Lumba-Lumba Purba

detail berita
ROTTERDAM - Penelitian terbaru mengatakan bahwa sebuah spesies baru dari lumba-lumba berkepala balon telah dikenali dari sebuah fosil yang ditemukan oleh nelayan di Laut Utara.

Fosil spesies yang berusia 2,5 juta tahun tersebut dijuluki sebagai 'lumba-lumba bermoncong Hoekman', diambil dari nama penemunya, Albert Hoekman, nelayan Belanda yang tidak sengaja menjaring tulang dari fosil tersebut di tahun 2008 kemarin. Demikian seperti yang dikutip dari National Geographics, Rabu (15/12/2010).

Berukuran panjang sekira 6 meter, fosil lumba-lumba tersebut memiliki moncong yang pendek yang mendukung kepala bagian depannya untuk berukuran besar dan menonjol keluar.

"Untuk ukuran dan tampilan, spesies baru tersebut mirip dengan ikan paus pilot modern meskipun kepalanya lebih aneh bentuknya," ujar Klaas Post, kurator dari Natural History Museum Rotterdam di Belanda.

Para kolega dari Erwin Kompanje menduga bahwa lumba-lumba tersebut mungkin adalah leluhur langsung dari ikan paus pilot saat ini. Tim peneliti tersebut juga menduga kalau kepala besar dari lumba-lumba tersebut digunakan untuk 'echolocation', sebuah bentuk sonar biologis yang membolehkan lumba-lumba dan ikan paus untuk bernavigasi di kondisi yang air yang keruh.

"Ikan paus Pilot nampaknya mengembangkan alat ini dengan cara yang istimewa," tulis Post di emailnya. "Lumba-lumba ini nampaknya telah menjadi pelopornya," tutup Post.

Arsitek Prancis Usulkan Eksplorasi Baru Piramida

detail berita
Piramida
PARIS - Seorang arsitek Prancis tengah mengupayakan izin untuk melakoni eksplorasi anyar pada Piramida Giza yang kini berusia 4.500 tahun. Menurutnya piramida tersebut memiliki dua ruangan rahasia yang selama ini belum diketahui publik.

Arsitek itu adalah Jean-Pierre Houdin, yang tiga tahun lalu pernah mengajukan izin kepada pemerintah Mesir untuk meneliti bagaimana piramida dibangun. Sayang permintaannya saat itu ditolak.

Kali ini Houdin kembali mencoba peruntungannya dengan mengungkapkan adanya dua ruangan rahasia di dalam Piramida Giza. Hal itu diketahui melalui simulasi tiga dimensi serta data dari ahli kebudayaan Mesir asal Amerika Serikat, Bob Brier.

Menurut Houdin kedua ruangan itu menyimpan furnitur yang bisa digunakan oleh pharaoh Khufu, atau yang dikenal warga Yunani sebagai Cheops, di dunia selanjutnya.

"Saya yakin, terdapat ruangan (rahasia) dalam piramida ini. Yang saya inginkan adalah menemukan ruangan itu," cetus Houdin seperti dikutip Straits times, Jumat (28/1/2011).

Maret 2007 lalu, Houdin mengemukakan teori bahwa piramida dibangun dari dalam ke luar dengan menggunakan jalur spiral internal, bukannya jalur eksternal seperti yang selama ini diyakini banyak orang.

Houdin mengusulkan untuk meneliti dugaan itu lebih dalam dan melakukan ekspedisi dengan menggunakan sinar infra merah, radar, serta metode non-invasif lainnya. Namun ide tersebut langsung ditolak pemerintah Mesir.

Peneliti Ungkap Teknik Berburu Manusia Purba

detail berita
Hadza di Tanzania
CALIFORNIA - Peneliti mengungkapkan bahwa manusia purba menggunakan teknik berburu yang rumit untuk menyergap dan membunuh binatang buruannya, seperti kijang, rusa dan binatang besar lainnya. Hal ini coba diungkap peneliti pada manusia purba yang tinggal dua juta tahun lalu.

Temuan yang dilaporkan antropolog profesor Henry Bunn dari Wisconsin University, membawa kembali tanggal pasti pada masa awal perburuan yang dilakukan manusia purba. Sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa manusia purba menyantap daging melalui binatang yang mati secara alami atau ditinggalkan oleh singa, macan atau binatang karnivora lainnya.

Akan tetapi, peneliti kini percaya bahwa dua juta tahun lalu, nenek moyang manusia telah melakukan perburuan untuk mengonsumsi daging, melalui teknik berburu khusus. Henry berpendapat bahwa manusia purba, walaupun primitif dan lemah, mereka mampu menyergap kawanan binatang besar setelah berhati-hati dalam memilih binatang untuk diburu.

Munculnya keterampilan dalam berburu tersebut, menunjukkan evolusi penting terkait pengembangan kecerdasan manusia. "Kami tahu bahwa manusia purba memakan daging dua juta tahun lalu," kata Henry Bunn, seperti dilansir Heritagedaily Selasa, (25/9/2012).

Menurutnya, temuan ini memiliki implikasi besar. "Sampai saat ini, bukti ambigu dari perburuan manusia telah datang dari situs tua di Jerman 400 ribu tahun lalu, di mana kuda secara jelas diserbu menggunakan tombak dan daging mereka dimakan. Kami sekarang mendorong kembali tanggal tersebut ke sekira dua juta tahun lalu," jelasnya.

Henry meneliti melalui para pemburu dari Hadza, yakni kelompok etnis yang mendiami wilayah Tanzania. Kemampuan berburu mereka ketika membunuh binatang untuk diambil dagingnya, membawa kembali waktu di mana manusia purba pernah hidup pada dua juta tahun lalu.

Peneliti Ungkap Kebiasaan Nenek Moyang Manusia

detail berita

CALIFORNIA - Peneliti telah menemukan fosil manusia purba Australopithecus afarensis yang juga dikenal dengan nama Lucy. Peneliti mempelajari fosil manusia purba berusia 3,3 juta tahun itu dan menemukan bahwa Australopithecus afarensis bertempat tinggal di pepohonan.

Lucy dikenal sebagai manusia purba yang berjalan dengan tegak. Banyak peneliti berasumsi ketika manusia purba mampu berjalan dengan tegak, sehingga meninggalkan kehidupan di pohon. Akan tetapi, studi mengenai fosil tulang bahu (Selam) milik Lucy, menunjukkan manusia purba ini masih tinggal di pohon.

"Karena bahu mereka tipis, mereka merupakan fosil yang jarang," kata paleoantropolog Zeresenay Alemseged, yang menemukan Selam pada 2000, seperti dikutip Examiner, Senin (29/10/2012). Ia mengatakan, oleh karena fosil ini jarang ditemukan, maka menemukan tulang bahu yang utuh ini merupakan sesuatu yang penting untuk mengungkap informasi lebih rinci mengenai Lucy.

Alemseged dan timnya menghabiskan 11 tahun penggalian Selam dari daerah yang berbatu dan berpasir. Para peneliti mengatakan bahwa bagian tertentu pada Selam mirip dengan kera modern, yang menunjukan bahwa Lucy menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan cara mendaki.

Temuan ini sekaligus menjawab perdebatan di antara para peneliti, apakah Australopithecus afarensis merupakan manusia purba bipedal (berjalan dua kaki) atau mereka juga memanjat pohon. "Pertanyaan mengenai apakah Australopithecus afarensis adalah bipedal atau jika mereka juga memanjat pohon telah diperdebatkan selama lebih dari 30 tahun," jelas peneliti David Green, Midwestern University di Downers Grove.

Ia mengatakan, fosil-fosil luar biasa ini memberikan bukti kuat bahwa manusia purba masih mendaki atau tinggal di pohon pada tahap evolusi manusia. "Tampaknya bahwa nenek moyang kita meninggalkan perilaku mendaki terjadi lebih jauh dari waktu yang diduga oleh kebanyakan peneliti," terangnya.

Wah, Rumah Purbakala Berusia 10.000 Tahun Masih Utuh

detail berita

EDINBURGH - Arkeolog temukan sisa-sisa rumah purbakala yang ada di daratan Skotlandia. Rumah berusia 10.000 tahun ini ditemukan selama pekerjaan konstruksi berlangsung.

Dilansir BBC, Selasa (20/11/2012), situs peninggalan ini diyakini telah ada sejak periode Mesolitikum. Pekerjaan penggalian arkeolog ditempatkan di lapangan di wilayah Echline, Queensferry Selatan.

Sebuah lubang berbentuk oval besar dengan panjang hampir 7 meter, menandai sisa-sisa rumah purbakala tersebut. Arkeolog juga menemukan tungku, batu api serta panah, yang kemungkinan digunakan untuk berburu.

Rod McCullagh, arkeolog senior di Historic Scotland mengatakan, penemuan ini menambah informasi baru terkait analisis laboratorium untuk membantu peneliti memahami arsitektur bangunan yang didirikan di Skotlandia pada beberapa ribu tahun lalu.

"Penanggalan radiokarbon yang telah diambil dari situs ini menunjukkan bahwa ini adalah yang tertua dari jenisnya yang ditemukan di Skotlandia," ujar Rod.

Sisa-sisa rumah masa lampau ini menunjukkan struktur bangunan yang terbuat dari kayu, untuk mendukung dinding dan atap. Selain itu, arkeolog meyakini rumah purba ini menggunakan rumput sebagai pelapis di salah satu bagian rumah tersebut.

Beberapa tungku perapian internal juga diidentifikasi oleh peneliti. Ditemukan pula lebih dari 1.000 artefak batu yang ditemukan, termasuk bahan-bahan yang akan digunakan sebagai perkakas serta panah.

Tidak hanya itu, arkeolog juga menemukan sejumlah besar cangkang hazelnut (semacam buah kemiri) yang hangus terbakar. Ini menunjukkan bahwa hazelnut merupakan sumber makanan yang terpenting bagi penghuni rumah.