Perubahan Strategi yang Membawakan Kemenangan
Jakarta - Ada beberapa perubahan signifikan yang dilakukan Nil Maizar dalam laga melawan Singapura. Kuartet bek yang tak lagi bermain
high defence line, pola
long ball yang diminimalisir, serta perubahan komposisi pemain di semua lini.
Tak ada nama Bambang Pamungkas dan Andik Vermansah di
starting line up merupakan strategi Nil yang cukup mengejutkan. Hal tersebut bisa jadi merupakan
reverse tactic Nil, yang memang sangat mungkin mengira bahwa Andik akan mendapat marking ketat dari bek-bek Singapura.
Fachruddin,
kapten PSS Sleman, juga diturunkan Nil sebagai duet Wahyu Wijiastanto
di pos sentral pertahanan, menggantikan Handi Ramdhan yang mesti absen
karena cedera. Pemilihan Fachruddin pun juga terhitung cukup
mengejutkan. Soalnya, pada laga pertama kontra Laos, Fachruddin bermain
tak cukup apik, dan dapat dianggap sebagai penyebab terjadinya gol kedua
Laos.
Sejatinya masih ada nama Valentino Telaubun di
bench, tapi
Nil barangkali sadar bahwa penampilan buruk Fachruddin dalam laga
sebelumnya terjadi karena ia menderita demam panggung semata. Sementara
itu, Raphael Maitimo dan Novan Setya masih tetap diplot sebagai
fullback di kanan dan kiri.
Sadar dengan permainan cepat dan ngotot Singapura saat mengalahkan Malaysia, Nil pun menginstruksikan
back four-nya bermain
deep defence line. Tak ada
offside trap, sebisa mungkin masing-masing
fullback diminta tetap berada tepat di posisinya, dan baru dibolehkan ikut membangun serangan jika memang keadaan dimungkinkan.
Back four Indonesia
memang sejatinya tak bermain dengan gemilang. Beberapa kali Wahyu,
misalnya, terlihat keteteran melakukan marking terhadap penyerang
Singapura. Kendati untuk urusan duel, Wahyu yang memang memiliki postur
tinggi besar ini tak mengalami kerepotan sama sekali.
Kelemahan
back four Indonesia dapat ditilik dari jumlah tendangan bebas yang didapat Singapura di sektor
attacking third. Tercatat, di babak pertama saja, Singapura sudah mendapat 6-7
free kick
di area yang berbahaya tersebut. Bahkan di menit ke-24, Wahyu sudah
mendapat kartu kuning, yang menyebabkan dirinya mesti absen dalam laga
krusial kontra Malaysia.
Pada lini tengah, permainan energik dan efisien Vendry Mofu dalam laga melawan Laos membuat Nil memasukkannya sebagai
starter menggantikan Tonnie Cusell. Selain karena Cussel memang mengalami cedera pada pahanya, Nil memang lebih memerlukan gelandang
box-to-box dengan mobilitas maksimal dan stamina yang lebih kuat.
Cusell, dalam laga melawan Laos, terlepas dari satu
assist-nya
yang berbuah gol bagi Indonesia, tak menunjukkan daya tahan stamina
yang mumpuni, justru ketika pertandingan tengah memasuki menit krusial
pada sekitar menit ke-70 hingga usai.
Jika benar asumsi Nil
demikian, maka pilihannya menurunkan Vendry terasa brilian. Bahkan ia
menjadi pembuat peluang Indonesia pertama melalui
shot on goal-nya pada menit ke-21 yang sempat membuat kiper Singapura, Izwan Mahbud, mesti membanting badan untuk menepis bola.
Sebagai
duet Vendry di lini tengah, ada nama Taufiq yang masih dipercaya Nil.
Performa gelandang Persebaya ini terlihat menawan. Tak hanya sekali,
tapi berkali-kali Taufiq melakukan apa yang semestinya memang dilakukan
seorang ball winning defender seperti melakukan intersep,
ground atau
around duels, clearance, hingga (terpaksa) melakukan
foul kepada lawan.
Kendati
demikian, Taufiq dirasa masih kurang dalam menjalani fungsi sebagai
katalisator yang mengatur tempo permainan. Sebab secara prinsip, dengan
posisinya saat ini, Taufiq juga memerlukan visi bermain yang mumpuni,
selain juga mampu menjadi breaker lawan.
Terlepas dari sisi minus
yang ada, duet Taufiq-Vendry tak buruk-buruk amat. Catatan statistik
memperlihatkan, selama 90 menit Taufiq berhasil melakukan 5 tekel
sukses, lima gagal, 3 intersep. Sementara Vendry melakukan 4 kali tekel
sukses, 8 kali tekel gagal, dan 1 kali intersep.