
Penemuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang mengaitkan bagaimana anak-anak dekat dengan jalan raya hidup dengan risiko autisme. Dalam penelitian tersebut, lebih dari 500 anak-anak terkena polusi tiga kali lebih mungkin untuk memiliki autisme daripada anak-anak yang dibesarkan dengan udara bersih.
"Kami tidak mengatakan polusi lalu lintas menyebabkan autisme, tetapi mungkin menjadi faktor risiko untuk itu," kata Heather Volk, asisten profesor di Sekolah Kedokteran Keck dari University of Southern California di Los Angeles, seperti yang dilansir Reuters.
Autisme adalah gangguan spektrum mulai dari ketidakmampuan mendalam untuk berkomunikasi dan keterbelakangan mental untuk gejala ringan terlihat pada sindrom Asperger.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang terkena kontaminasi partikel udara (campuran asam, tanah logam, dan debu) memiliki sekitar dua kali lipat peningkatan risiko autisme. Jenis polusi regional ini telah dilacak oleh Badan Perlindungan Lingkungan.
Namun, peneliti lain mempertanyakan bagaimana polusi bisa mengubah perkembangan otak dan menyebabkan autisme. Hal tersebut diungkapkan Uta Frith, seorang profesor perkembangan kognitif di University College London.
Saya rasa ini sangat tidak mungkin. Studi ini tidak menyajikan mekanisme meyakinkan dimana polutan dapat mempengaruhi perkembangan otak mengakibatkan autisme,” tutur Frith pada BBC.
Salah satu tantangan dengan gaya penelitian adalah bahwa hal itu sulit untuk memperhitungkan setiap aspek kehidupan yang mungkin mempengaruhi kemungkinan autisme berkembang, seperti riwayat keluarga.
Ini berarti penelitian tidak bisa mengatakan bahwa autisme disebabkan oleh polusi udara, hanya saja mungkin ada hubungan antara keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar