
Sepanjang aksi long march, para suporter Pasoepati ini membentangkan spanduk bertuliskan 'Meninggalnya Diego Pelanggaran HAM Berat Internasional' dan 'Bubarkan KPSI dan PSSI kalau tidak mau bersatu'.
Tak hanya itu, sepanjang aksi long march, para suporter Pasoepati ini meneriakkan 'Bubarkan KPSI dan PSSI'. Salah satu peserta aksi, Sentot mengatakan aksi ini sebagai wujud keprihatinan mendalam terhadap meninggalnya Mendieta.
"Kami berduka atas meninggalnya Diego. Bukan karena dia berada di Persis Solo. Tapi Diego meninggal karena konflik yang terjadi di dalam tubuh PSSI sehingga membuat para pemain seperti Diego tidak terurus," jelasnya kepada Okezone, di Bundaran Gladak, Solo, Jawa Tengah, Selasa (4/12/2012).
Mendieta meninggal akibat terserang virus Cytomegalovirus hingga ke otak. Hingga saat ini jenazah pemain asing asal Paraguay masih berada di rumah sakit. Tidak ada kejelasan kapan jenazah Mandieta dibawa keluar dari rumah sakit.
Meskipun Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, telah menegaskan akan menanggung biaya perawatan dan peti jenazah Diego Mendeita, namun hingga saat ini belum jelas apakah jenazah akan dikirim ke tanah airnya di Paraguay atau akan dimakamkan di Indonesia.
Salah satu rekan Mendieta yang berasal dari Paraguay, Alejandro Tobar tampak melayat jenazah. Beberapa rekan Mendieta semasa di Persis Solo juga terlihat mendatangi kamar jenazah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar