Jumat, 30 November 2012

Perubahan Strategi yang Membawakan Kemenangan

 
Jakarta - Ada beberapa perubahan signifikan yang dilakukan Nil Maizar dalam laga melawan Singapura. Kuartet bek yang tak lagi bermain high defence line, pola long ball yang diminimalisir, serta perubahan komposisi pemain di semua lini.

Tak ada nama Bambang Pamungkas dan Andik Vermansah di starting line up merupakan strategi Nil yang cukup mengejutkan. Hal tersebut bisa jadi merupakan reverse tactic Nil, yang memang sangat mungkin mengira bahwa Andik akan mendapat marking ketat dari bek-bek Singapura.

Fachruddin, kapten PSS Sleman, juga diturunkan Nil sebagai duet Wahyu Wijiastanto di pos sentral pertahanan, menggantikan Handi Ramdhan yang mesti absen karena cedera. Pemilihan Fachruddin pun juga terhitung cukup mengejutkan. Soalnya, pada laga pertama kontra Laos, Fachruddin bermain tak cukup apik, dan dapat dianggap sebagai penyebab terjadinya gol kedua Laos.

Sejatinya masih ada nama Valentino Telaubun di bench, tapi Nil barangkali sadar bahwa penampilan buruk Fachruddin dalam laga sebelumnya terjadi karena ia menderita demam panggung semata. Sementara itu, Raphael Maitimo dan Novan Setya masih tetap diplot sebagai fullback di kanan dan kiri.

Sadar dengan permainan cepat dan ngotot Singapura saat mengalahkan Malaysia, Nil pun menginstruksikan back four-nya bermain deep defence line. Tak ada offside trap, sebisa mungkin masing-masing fullback diminta tetap berada tepat di posisinya, dan baru dibolehkan ikut membangun serangan jika memang keadaan dimungkinkan.

Back four Indonesia memang sejatinya tak bermain dengan gemilang. Beberapa kali Wahyu, misalnya, terlihat keteteran melakukan marking terhadap penyerang Singapura. Kendati untuk urusan duel, Wahyu yang memang memiliki postur tinggi besar ini tak mengalami kerepotan sama sekali.

Kelemahan back four Indonesia dapat ditilik dari jumlah tendangan bebas yang didapat Singapura di sektor attacking third. Tercatat, di babak pertama saja, Singapura sudah mendapat 6-7 free kick di area yang berbahaya tersebut. Bahkan di menit ke-24, Wahyu sudah mendapat kartu kuning, yang menyebabkan dirinya mesti absen dalam laga krusial kontra Malaysia.

Pada lini tengah, permainan energik dan efisien Vendry Mofu dalam laga melawan Laos membuat Nil memasukkannya sebagai starter menggantikan Tonnie Cusell. Selain karena Cussel memang mengalami cedera pada pahanya, Nil memang lebih memerlukan gelandang box-to-box dengan mobilitas maksimal dan stamina yang lebih kuat.

Cusell, dalam laga melawan Laos, terlepas dari satu assist-nya yang berbuah gol bagi Indonesia, tak menunjukkan daya tahan stamina yang mumpuni, justru ketika pertandingan tengah memasuki menit krusial pada sekitar menit ke-70 hingga usai.

Jika benar asumsi Nil demikian, maka pilihannya menurunkan Vendry terasa brilian. Bahkan ia menjadi pembuat peluang Indonesia pertama melalui shot on goal-nya pada menit ke-21 yang sempat membuat kiper Singapura, Izwan Mahbud, mesti membanting badan untuk menepis bola.

Sebagai duet Vendry di lini tengah, ada nama Taufiq yang masih dipercaya Nil. Performa gelandang Persebaya ini terlihat menawan. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali Taufiq melakukan apa yang semestinya memang dilakukan seorang ball winning defender seperti melakukan intersep, ground atau around duels, clearance, hingga (terpaksa) melakukan foul kepada lawan.

Kendati demikian, Taufiq dirasa masih kurang dalam menjalani fungsi sebagai katalisator yang mengatur tempo permainan. Sebab secara prinsip, dengan posisinya saat ini, Taufiq juga memerlukan visi bermain yang mumpuni, selain juga mampu menjadi breaker lawan.

Terlepas dari sisi minus yang ada, duet Taufiq-Vendry tak buruk-buruk amat. Catatan statistik memperlihatkan, selama 90 menit Taufiq berhasil melakukan 5 tekel sukses, lima gagal, 3 intersep. Sementara Vendry melakukan 4 kali tekel sukses, 8 kali tekel gagal, dan 1 kali intersep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar